Di video ini, kita akan membaca cerita di dalam Alkitab, Kejadian 1, dengan metode kritik ideologis. Dengan metode ini akan terungkap kepentingan-kepentingan ideologis para imam kelas atas/penguasa.
Allah Pencipta yang mahakuasa yang dapat mencipta sesuatu hanya dengan berkata saja, sungguh sebuah gambaran Allah hasil konstruksi imajinasi para imam kelas penguasa, yang ingin sekali diperlakukan juga seperti Allah di mana umat menaati perinta-perintah para imam. Allah berkata A, maka jadilah A. Demikian juga, para imam ingin jika mereka berkata A, maka umat menaatinya untuk melaksanakan A. Pekerjaan Allah Pencipta ini persis sama dengan pekerjaan para imam yang hobinya memisahkan ini dan itu, mengkategorikan yang ini halal dan yang itu haram.
Diperhadapkan dengan realitas dunia yang pernah mengalami perang dunia I dan II, serta pembasmian ras, maka gambaran Allah Pencipta seperti itu sungguh impoten, alias tidak berdaya. Allah yang bisa berkata A dan jadi A itu sungguh cerita yang tidak masuk akal bagi manusia modern yang telah menyadari akan adanya penderitaan dan kejahatan luar biasa.
Anehnya, teks-teks Alkitab di Kejadian 1 ini ditafsir oleh para penafsir yang merasa dirinya kontekstual itu, merasa ide Allah Pencipta ini seperti biasa-biasa saja. Mereka tidak bisa merasakan luka mendalam manusia modern.
Dengan kritik ideologis, kita bisa melihat kepentingan para imam kelas atas yang doyan daging dan penyetor uang kepada para penjajah. Ajaran vegetarian adalah indoktrinasi supaya umat makan tumbuhan saja, sehingga suplai daging terjaga untuk diri para imam dan para penjajah. Di luar pasal 1 kitab Kejadian ini, para imam lebih mengada-ada dengan mengajarkan mana yang haram dan mana yang halal. Bahkan mereka mengajarkan untuk mempersembahkan hewan korban yang tidak bercacat, yang ujung-ujungnya menjadi makanan mewah untuk mereka sendiri.
Sebelum abad 6 SM, bangsa Israel mengenal sabat sebagai siklus 29 hari, atau siklus bulan purnama, atau siklus ganti bulan. Tetapi, oleh para imam abad 6 SM ini, mereka mengubah bahwa sabat itu memiliki siklus 7 hari, yang empat kali lebih cepat dari biasanya. Mereka mengubah ini berdasarkan budaya Babel saat itu. Tujuannya apa, kok dipercepat? Supaya mereka bisa mengumpulkan uang sebanyak mungkin dari umat dan menjadi penyetor uang yang baik ke penjajah.
Yang terasa konyol, mengapa Allah yang kerjanya cuma ngomong itu perlu beristirahat? Dan ngomongnya cuma sedikit lagi. Kalau dipadatkan, maka tidak lebih dari 1 menit (coba Anda berkata "berfirmanlah ... sebanyak 8 kali). Tekanan kepada sabat yang dipercepat ini sungguh ideologis sifatnya.
Jadi, supaya kita tidak terperdaya oleh teks-teks Alkitab yang kental kepentingan ideologisnya, maka kita perlu membaca Alkitab, pertama-tama sebagai karya tulis manusi
...
https://www.youtube.com/watch?v=2QqDSovNLAs
#TrinitasKasih #TauhidGagal
Ajaran Tauhid Islam bertentangan dengan sifat Maha Pengasih, Maha Penyayang. Kalau ALLAH itu Esa (satu mutlak tidak bergantung pada yang lain), siapa yang Dia kasihi-sayangi di dalam kekekalan? Apakah Dia mengasihi diri sendiri? Jika ya, maka itu adalah Allah yang egois. Apakah Dia mengasihi ciptaan? Jika ya, maka Allah bergantung kepada ciptaan sebagai objek kasihNya. Kebergantungan ini berlawanan/kontradiksi dengan kemutlakanNya. Kontradiksi ini ditunjukkan lebih jelas tatkala Allah yang esa ini tidak bisa bersentuhan dengan penderitaan-salib yang adalah wujud kasih itu sendiri. Apakah Allah yang esa ini adalah Allah yang MahaKasih? Tentu, bukan kan?
Salib hanyalah salah satu contoh bagaimana kebenaran wahyu trinitaris dinyatakan. Contoh lain adalah tatkala Yesus dibaptis, berpuasa dan dicobai.
Dibaptis dan dicobai, tersingkap kebenaran jalan Allah yang TURUN KE BAWAH, paling rendah, menjadi hamba yang menderita. Jalan kebenaran itu berlawanan dengan jalan Iblis yang ingin NAIK KE ATAS.
Tatkala menjadi hamba yang menderita, bahkan menderita di kayu salib, Allah Trinitas membuktikan kasihNya bahkan tatkala Ia menjadi YANG PALING LEMAH (sebuah kondisi yang dinyataklan Yesus setelah Ia berpuasa 40 hari 40 malam). Iblis tidak bisa melihat bahwa menjadi yang paling lemah adalah jurus Allah dalam mengalahkannya(/iblis).
Anak Allah menjadi bayi yang lemah, Anak Allah menjadi hamba diposisi paling rendah, Anak Allah menjadi manusia-setelah-berpuasa-40hari-40malam yang sangat lemah, dan Anak Allah yang menderita di kayu salib yang diolok-olok. Apakah itu masuk akal Anda? Jika tidak, hati-hati, mungkin Anda sudah berada di jalan yang sama dengan jalan yang ditempuh Iblis.
Saya tidak mengatakan bahwa jalan tauhid adalah jalan Iblis. Tetapi, siapa yang bisa membuktikan kebalikannya?
...
https://www.youtube.com/watch?v=85UoGLY4KJw