Dialog Antarumat Beragama dengan Rasa Religiositas dalam konteks Penderitaan Manusia, itu judul resminya. Judul alternatifnya: SATU RASA untuk mencinta siapapun (dari manapun agamanya) mereka yang menderita...
2 bahasa agama yang saling tidak nyambung sering menghasilkan ketentraman dan penghindaran pertengkaran. Tetapi, ketentraman ini hanya bersifat kulit luar. Jika ingin masuk lebih dalam, maka diperlukan sebuah dialog yang menyatukan.
Sayangnya, dialog yang sering dilakukan telas salah fokus. Ada kesalahan fatal yang dilakukan umat beragama tatkala berdialog dengan umat beragama lain. Kesalahan itu terletak pada pengutamaan akal budi dan doktrik-konseptual. Padahal, justru akal budi itu yang kerjanya memilah-milah-hingga-jelas itu yang menjadi sumber perdebatan yang tidak ada habisnya.
Oleh karena itu, kita mesti mengganti fokus pengutamaan itu pada rasa religiositas yang lebih menyatukan. Rasa religiositas ini kita tempatkan dalam konteks penderitaan umat manusia. Itu yang lebih penting. Dengan prioritas pada hal ini maka dialog itu akan terasa berbunyi dan bermanfaat. Bahkan, dalam dialog yang berbasis rasa religius/spiritual itu akan semakin tumbuh keyakinan dan kesadaran yang semakin luas akan kehadiran Allah/Realitas Tertinggi.
Selamat berdialog... Karena sesungguhnya kita ini sama-sama manusia yang punya 1 rasa ... rasa mencintai siapapun mereka yang menderita...
...
https://www.youtube.com/watch?v=P3lHJ0R3fJo
#MuslimKristenBerantem #PassingOverComingBack
Ketika kita memahami pewahyuan yang mendasar akan turunnya Firman, maka Islam dan Kristen akan dapat berdamai. Di Islam, firman Allah turun menjadi buku AlQuran dan di Kristen, Firman/Logos turun menjadi manusia Yesus Kristus. Yang satu, jadi buku dan yang lain jadi manusia.
Dapatkah kita membandingkan antara buku dan manusia? Secara utuh dan seimbang, tidak dapat bukan? Karena, keduanya BEDA JENIS. Kalau manusia dan manusia, atau buku dan buku, itu bisa dibandingkan secara utuh dan seimbang. Tetapi, kalau beda jenis seperti itu, tidak bisa dibandingkan secara utuh dan seimbang.
Dengan status yang tidak bisa dibandingkan secara utuh dan seimbang ini, maka, sesungguhnya kita dapat menangkap pesan Tuhan bahwa Dia menurunkan yang berbeda jenis itu supaya:
1. Jangan dipertandingkan
2. Jangan sembarang dibandingkan
Bahkan, mereka yang belum dewasa dan sukanya berantem terus, memaknai perbandingan itu sebagai pertandingan, atau lebih tepatnya pertempuran.
Di video ini, saya memberikan solusi bagaimana kita bisa saling memahami satu dengan yang lain. Caranya adalah melintas masuk kedalam agama yang lain (bukan dalam arti pindah agama ya... tetapi dalam arti berekreasi/berwisata) dan kembali lagi ke agamanya semula. Itu dikenal dengan passing over and coming back. Cara ini sungguh dituntut kerendahatian yang sangat mendalam. Siapa yang belum siap, hendaknya tidak mencoba.
Kalau kita belum siap untuk "passing over and coming back", maka sebaiknya kita:
1. Jika berbicara tentang agama lain, sebaiknya berdasarkan sumber atau dari perspektif pemeluknya yang baik
2. atau... kita diam dan fokus dengan agama yang kita peluk saja.
Selamat tidak berantem :-)
...
https://www.youtube.com/watch?v=vvzmfP0rc0A
Menggugat Doktrin Jangan Bercerai dari para Pendeta yg Malas Berpikir. #berpihakpadakorban kekerasan
#melawandoktrinjanganbercerai
...
https://www.youtube.com/watch?v=oYSH184xtiU
Ternyata ohh ternyata... Dr. Deky Nggadas Tidak Percaya YESUS itu TUHAN. Apologet Memalukan.... Persoalan tentang Tafsiran Rita Wahyu atas perkataan Yesus di atas kayu salib "Eli-eli lama sabakhtani"
...
https://www.youtube.com/watch?v=w3MS96lXo5E
Pdt. Prof. JOAS, Th.D: KUNCI Membuka ALLAH TRINITAS yang Mungkin Belum Pernah Anda Dengar!!!
#JoasAdiprasetya #Trinitas #Perikoresis
Sumber Channel Joas Adiprasetya:
https://www.youtube.com/watch?v=f1LdqhUH6Ok
Allah Tritunggal: Pribadi, Relasi, dan Gereja
...
https://www.youtube.com/watch?v=h21QOJbnPac