#PenodaanAgama #AllahTidakBisaBernoda
Dalam video ini, saya menolak ide "penodaan agama" karena tidak masuk akal. Hal ini bisa kita lihat dari semua unsur-unsur agama di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-5. Dari 5 unsur yang ada, hanya Tuhan yang suci, sedangkan yang lainnya memang bernoda.
Lalu, pertanyaannya, apakah Tuhan bisa dinodai? Video ini menegaskan bahwa Tuhan tidak bisa dinodai oleh siapapun. Ke-mahasuci-an ALLAH tidak bisa disentuh oleh siapapun. ALLAH TETAP SELAMANYA SUCI, entah apa yang dikatakan atau diperbuat manusia kepadaNYA.
Jika pasal penodaan agama itu menghasilkan kedamaian dan kerukunan antar umat beragama, maka sebaiknya pasal itu dipertahankan. Tetapi, jika pasal penodaan agama itu menjadi sumber konflik dan pengkambinghitaman orang lain, maka sebaiknya pasal itu ditiadakan. Atau, mungkin pendefinisian dan penjernihan istilah, makna dan unsur-unsurnya lebih terperinci lagi sehingga nuansa "karet"nya semakin hilang.
...
https://www.youtube.com/watch?v=2hufwbRus9U
Sebetulnya, perpustakaan pribadi saya itu adalah wilayah privat saya. Tetapi, karena keterbatasan ruang, akhirnya saya menerima seorang anak muda untuk beristirahat di perpustaakaan saya. Dia terkejut melihat banyaknya buku saya dan setelah melihat ke sana ke mari, dia bercerita hal pribadi yang tidak bisa dia ceritakan ke orang lain. Hal pribadi itu adalah bahwa dia sesungguhnya seorang ateis.
Kemudian saya bertanya, mengapa dia berdoa kalau dia ateis? Dia berdoa hanya untuk membahasakan keyakinan, keinginan dan harapan anggota keluarganya. Seluruh anggota keluarganya tidak tahu kalau dia adalah seorang ateis. Dan dia pun tidak merasa pas untuk memberi tahu bahwa dirinya itu seorang ateis, kuatir akan menggemparkan keluarganya. Jadi, saat ini, dia hanya bisa menjadi ateis diam-diam.
Di Indonesia, memang menjadi ateis bukanlah sesuatu yang mudah diterima. Tetapi, begitu anak muda ini berkesempatan ke negara yang menerima ateis, maka jadilah dia ateis terbuka yang tulen.
Sudah 100 tahun ini, perkembangan ateis begitu luar biasa, mencapai sekitar setengah orang Kristen. Lebih dari 1 miliar, orang telah menjatuhkan pilihannya kepada ateis. Ini perkembangan luar biasa, seluar biasa perkembangan sains dan teknologi. Dan memang, di dalam bahasa sains dan teknologi lah ateis dan non-religius berkembang semakin mengglobal.
Sedangkan agama-agama tradisional, yang lahir secara lokal dengan bahasanya yang sangat kultural, berada dalam pertumbuhan angka persentase yang begitu-begitu saja, alias jalan di tempat, kecuali Islam yang berkembang cukup signifikan (menurut Davit Barret). Sekalipun demikian, di Indonesia, angka persentasenya tidak ada perubahan yang signifikan.
Mungkin kita perlu mengkonstruksi bahasa doktrinal teologis yang bergerak ke masa depan, bukan ke belakang dengan beban konflik berkepanjangan. Jika tidak berorientasi ke depan, maka relevansi bahasa keagamaan akan semakin pudar, dan jangan heran kalau 100 tahun ke depan, pertumbuhan ateis dan non-religius ini akan semakin dahsyat.
...
https://www.youtube.com/watch?v=FW4tRgseVrw